Selasa, 26 November 2013

TAMAN PURBAKALA PUGUNG RAHARJO


M.Art.X|Design - Taman purbakala Pugungraharjo dibatasi dengan sebelah utara desa Bojong sebelah timur Bauh Gunung Sari sebelah selatan Gunung Sugih sebelah barat Gunung Pasirjaya.




Riwayat penemuan Pugungraharjo semula merupakan daerah hutan dibuka oleh warga transmigrasi pada tahun 1954, pada pembukaan waktu tersebut oleh seorang warga transmigrasi menemukan sebuah arca yang diberi nama Bodhisatwa, tempat penemuannya pada tanggal 14 Agustus 1954.
Setelah ada laporan lembaga purbakala bersama lembaga pemerintahan daerah untuk membentuk suatu penelitian pertama tahun 1969, kedua tahun 1972, ketiga tahun 1975. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pugungraharjo ada 3 ( tiga ) jaman yang berkaitan :

Zaman Prasejarah
Jaman Klasik( Sejarah )
Jaman Pengaruh Islam
Benda – benda yang membuktikan pada Jaman tersebut adalah :

1. Benteng Tanah
2. Punden Berundak
3. Batu Mayat
4. Komplek
5. Patung Type Polinesia

1. Benteng








Di antara Taman Purbakala Pugung Raharjo ada dua buah benteng, benteng sebelah timur dan benteng sebelah barat dengan lus seluruhnya 30 Ha, dengan perincian : Benteng sebelah timur 20 Ha dan benteng sebelah barat 20 Ha.
Yang dimaksud dengan benteng pada situs ini merupakan gundukan tanah dalam bentuk melingkar, tinggi gundukan 2-3,5 m, sedangkan bagian luarnya terdapat parit yang dalamnya 3-5 m. Panjang benteng sebelah timur 1200 m dan sebelah barat 300 m. Pada beberapa bagian terdapat jalan yang menghubungkan bagian luar dan dalam benteng. Fungsi benteng tersebut adalah untuk berlindung dari serangan binatang buas dan musuh.

2. Benteng Tanah


Yang dimaksud dengan benteng Tanah adalah gundukan tanah yang berbentuk kepersegian memanjang terdiri dari benteng dan parit salah satu sisinya berupa anak sungai sekampung (way sekampung), anak sungai sekampung yang biasa disebut dengan Sungai Pugung ini dapat berfungsi sebagai benteng juga , dan juga ada jalan masuk sebagai penghubung benteng. Ukuran benteng (gundukan tanah) Tinggi : 2 M – 3,5 M.
Pada bagian luar benteng terdapat parit yang cukup dalam dengan ukuran 3 M – 5 M . Maka dengan demikian jika ada masuh atau binatang buas yang akan masuk benteng akan sulit , dengan adanyan benteng tanah tersebut segi keamanan relatif terjamin. Dengan digantikannya salah satu sisi benteng dengan sungai Pugung sudah dapat diduga bahwa keadaan sungai pada masa tradisi megalitik sungainya sangat dalam dan deras, sehingga dapat mengantikan fungsi benteng. Fungsi dari benteng tanah sebagai tempat perlindungan/pertahanan dari gangguan binatang buas atau mungkin gangguan dari musuh antar kelompok suku.
3. Punden Berundak



Ada 13 buah punden di dalam Taman Purbakala Pugung Raharjo baik yang berukuran besar maupun kecil. Pada awalnya punden ini ditemukan hanyalah sebuah gundukan tanah yang tertutupi oleh ilalang dan pepohonan yang ternyata setelah dibersihkan memiiki teras yang bertingkat. Punden yang ditemukan dalam situs ini ada yang memiliki tiga buah undak-undak dan dua buah undak-undak yang mebedakan derajat dan status sosialnya.

4. Batu mayat






Batu Mayat adalah sebutan oleh penduduk setempat, adalah sebuah batu yang kemungkinan sebuah menhir. Disebut batu mayat karena batu tersebut berbentuk menyerupai bungkusan mayat. Batu mayat ini memiliki ukuran 205 cm dan garis tengah 40 cm. Batu mayat tersebut terletak dan tertanam tegak di tengah-tengah batu lain yang melingkarinya dalam bentuk segi empat panjang arah timur dan barat. Batu-batu yang melingkari batu tersebut antara lain batu altar, menhir-menhir kecil dan sebuah batu berbentuk lempengan bergores huruf "T" pada kedua sisinya. Arah batu yang melingkar batu mayat adalah dalam orientasi timur-barat, adanya orientasi ini memunculkan beberapa penafsiran antara lain ada yang mengatakan bahwa orientasi itu sebagai siklus alam atau gambaran perputaran matahari.

5. Batu Berlubang



Adalah sebuah batu yang memiliki sebuah lubang biasanya jumlah dan letak lubang tidak beraturan. Batu berlobang ini terdapat di bagian timur situs dekat dengan mata air. Batu tersebut terbuat dari batu kali (andesit) yang berwarna hitam keabu-abuan. Pada bagian permukaan terdapat empat buah lubang yang cukup luas, sedangkan jumlah batu lobang semuanya ada 19 buah. Adapun pemberian nama batu lobang ini adalah untuk membedakan dengan jens batu lupang. Fungsi dari batu lubang ini adalah untuk melumatkan apa yang perlu dilumatkan.

6. Lumpang Batu


Lumpang batu adalah sebuah batu yang memiliki satu lubang. Di Taman Purbakala Pugung Raharjo ditemukan dua buah tipe, yaitu :

a. Sebongkah batu yang tidak berbentuk tapi bagian atasnya datar diberi lobang. Tipe batu ini dapat dijumpai dipinggir kali sebelah timur kolam.

b. Sebuah batu yag telah dibentuk, dengan bentuk persegi empat panjang serta berkaki, sedangkan di bagian atasnya diberi lubang dan pada saat ditemukan bentuknya tidak utuh lagi.

7. Batu Bergores

Dalam Taman Purbakala Pugung Raharjo terdapat empat buah batu bergores, tiga buah kurang lebih 25 m dari sumber mata air dengan posisi arah barat daya. Sedangakan yang satu lagi saat ini tersimpan di rumah informasi. Batu bergores ini ditemukan di sebuah sungai kecil 100 m dari rumah informasi arah timur laut.
Fungsi batu bergores ini hingga kini belum diketahui secara pasti, namun dapat diduga batu tersebut digunakan untuk mengasah mata tombak atau kapak batu.

8. Pemandian Megalithik

Adalah suatu kolam yang mengandung benda-benda megalithik dan sudah dapat dipastikan bahwa kolam pemandian itu telah digunakan sejak masa prasejarah. Kolam dimaksud terletak di bagian timur situs, tepatnya di sebelah barat punden yang paling timur atau sering disebut "Punden Arca".

9. Batu Kampak.

Pada masa berburu dan mengumpulkan tingkat sederhana atau disebut masa paleolitik mereka memanfaatkan keadaan alam secara penuh, mereka sudah dapat membuat alat dalam bentuk sederhana dengan batu masif yang masih kasar. Alat batu masif seperti kapak perimbas, kapak penetak, kapak gemgam,dll. Masa berikutnya adalah masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, masa ini disebut masa mesolotik atau epi paleolitik. Pendukung masa mesolitik sudah mengenal tempat tinggal walau sementara seperti ceruk-ceruk atau gua-gua.Mereka sudah dapat membuat alat-alat pisat dari batu,mata panah, mereka hidup dari menangkap ikam atau berburu.
Masa berikutnya adalah masa Neolitikum ini sudah menggunakan alat-alat yang halus dan sudah digosok, seperti beliung, belincung ,pahat . Alat ini banyak diketemukan di wilayah Indonesia Timur ternasuk Lampung dan Jawa Barat
Kapak-kapak batu masa Neolitikum ini juga ada yang diketemukan di desa Adiwarno Kecamatan Batanghari Lampung Timur dan desa Margajaya Kecamatan Kibang Lampung Selatan (dekat Kota Metro)


Sumber: Rumah Informasi Situs Pugungraharjo di Desa Pugungraharjo Kec. Sekampung Udik Kab. Lampung Timur, Lampung, Indonesia. Kodepose 34183



1 komentar:

M.Art.X|Design. Diberdayakan oleh Blogger.